“Setitik Cahaya Dihati Sang Pendosa”
Ketika sang pendosa telah terjebak, terjerumus, tenggelam dan hanyut dalam perbuatan dosa dan ma’siat. Hatinya pun gelap gulita karena perbuatan-perbuatan dosa yang telah ia kerjakan. Hari-harinya selalu ia lewati dengan perbuatan dosa dan ma’siat yang membuat diri, jiwa dan hatinya semakin jauh dan melupakan Mu Rabbii. Suatu hari ketika jiwa dan hati sang pendosa sadar akan dosa-dosanya, ia pun teringat pada Mu Rabbii. Mulailah dari jiwa dan hati sang pendosa yang paling dalam muncul sebuah keinginan yang begitu besar dan selalu memaksa untuk kembali kejalan Mu Rabbii.
Dikesunyian dan kegelapan sepertiga malam yang khusuk sang pendosa bertahajud, ribuan dzikir-dzikir terlantun dari bibir yang penuh dengan kehinaan seraya memanggil dan terus memanggil-manggil nama Mu Rabbii. Do’a-do’a pun bergema, Rabbii malam ini aku datang kepada Mu. Rabbii malam ini aku bersujud kepada Mu. Rabbii malam ini aku bermunajat kepada Mu. Rabbii malam ini aku tumpahkan dan ungkapkan apa yang hati ini rasakan. Rabbii jiwa dan hati ini mendengar gerbang taubat Mu memanggil-manggil namaku. Rabbii tuntun dan bimbing jiwa dan hati ini untuk memasuki gerbang taubat Mu, agar aku bisa bertaubat dengan sebaik-baiknya taubat yaitu taubatan nasuha.
Rabbii jiwa dan hati ini tak pernah bosan-bosannya untuk beristighfar dan bertaubat kepada Mu. Rabbii jaga dan peliharalah jiwa dan hati ini agar tidak lagi terjebak, terjerumus, tenggelam dan hanyut dalam perbuatan dosa dan ma’siat. Rabbii yang tak pernah bosan-bosannya menerima taubat dan mengampuni dosa-dosa para pendosa. Rabbii walaupun dosa-dosaku sudah sebesar langit dan bumi dan aku sudah melupakan Mu, tapi Engkau yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tetap saja mengasihi dan menyayangiku. Rabbii seandainya dosa-dosaku telah mencapai setinggi langit dan bumi kemudian aku bertaubat dan memohon ampunan kepada Mu, maka Engkau yang Maha Pema’af lagi Maha Mengampuni tetap saja mengampuniku seakan-akan tak perduli dengan banyaknya dosa-dosaku.
Rabbii jiwa dan hati ini ingin selalu dekat dengan Mu. Rabbii jangan biarkan jiwa dan hati ini jauh dari Mu. Rabbii bibir dan lidah ini telah merasakan betapa lezat dan nikmatnya, ketika menyebut dan memanggil-manggil nama Mu. Rabbii biarkan bibir dan lidah ini terus bergerak menyebut dan memanggil-manggil nama Mu sampai bibir dan lidah ini capek, akan tetapi hati ini tak pernah lelah dari menyebut dan memanggil-manggil nama Mu. Rabbii jangan Kau terbitkan mentari Mu dan biarkan malam terus berjalan agar aku bisa tetap bersama Mu.
Rabbii raja alam semesta yang Maha Tunggal. Rabbii jangan Kau jadikan diri, jiwa dan hati ini semakin hina dihadapan Mu karena dosa-dosaku. Rabbii terangi jiwa, hati dan sanubari ini dengan cahaya Mu. Rabbii ma’afkan dan ampunilah kesalahan dan dosa-dosaku. Rabbii aku rindu pada Mu. Rabbii aku sudah tak sabar ingin berjumpa dengan Mu. Rabbii hanya kepada Mu aku memohon, meminta, berdo’a, berharap, mengadu, curhat, berlindung dan bersandar. Kalau bukan kepada Mu, lalu kepada siapa lagi ? kalau bukan Engkau, lalu siapa lagi ?
Telah sampailah sang pendosa didetik-detik akhir perjalanan munajatnya, seiring perjalanan malam yang segera berakhir.
Rabu, 30 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar